Selasa, 06 Oktober 2009

Smoking Haram-Why?

The declaration that "There is no God Worthy of being worshipped except Allah & that Muhammad is the Messenger of Allah", demands that the Muslim accepts the Decrees set by Allah and by His Messenger-Muhammad (p.b.u.h.)

Islam is a Revelation from Allah with a complete code of life. It tells what is good and what is evil: Allah says in the Holy Quran: And We have shown him (man) the two ways (good and evil). (Quran 90/10)

He allows them all that is good and lawful, and prohibits them as unlawful all that is evil (things, deeds, beliefs, persons, foods, drinks, etc.). (Quran 7/157)

So, is smoking (cigarettes, pipes, etc.) evil or not? Let us examine its effects:
* Smoking is a killer: causes lung-cancer, lung-tuberculosis and heart diseases.
Allah says: And do not kill yourselves. (
Quran 4/29)
He also says: And do not throw yourselves into destruction. (
Quran 2/195)

These verses are sufficient to make smoking Haram.
* Smoking is a wasting of wealth. Allah says: ...But spend not wastefully (your wealth) in the manner of a spendthrift, Verily, spendthrifts are brothers of the devils, and the Devil (Satan) is ever ungrateful to his Lord. (Quran 17/26-27)

* The smoker is unjust to himself as well as his family by burning away his money and his chest!
* The smoker not only causes harm to himself, he/she also inflicts harms upon others around him/her.
The Prophet (p.b.u.h.) said: "There should be neither harming nor reciprocating harm." (Saheeh Al-Jami 7517)
* The smokers cause the spread of evil; they smoke openly and thus encourage others to do the same.
* The smokers dislike fasting and praying because they become impatient. They want to go for the next "round". The smoker becomes like an edict.
* The smoker smells bad! His car, home, clothes etc. carry the bad smell too.

From the above, it is clear that smoking is evil and thus it is Haram (unlawful).
If you are under any kind of stress, then turn to Allah, read the Holy Quran, and be with non-smokers. Seek Allah's help and don’t be enslaved to something that burns you and your money.

Read More...

Yahudi Stress Ahmadinejad Diklaim Sebagai Keturunan Yahudi

Bukan hanya orang Islam saja yang terkejut dengan pernyataan Telegraph yang menyatakan bahwa Ahmadinejad merupakan keturunan Yahudi.

Ternyata, orang Yahudi pun stress dan kalang kabut mendapati berita yang cepat tersebar itu. Masalahnya, berita itu bukan cuma berita burung, tapi juga dilengkapi dengan data valid.

Beberapa situs dan reporter Yahudi mengaku keteteran dalam menjawab berbagai pertanyaan yang masuk tentang berita itu. Dalam kebingungannya, mereka spontan menolak kebenaran berita itu, karena selama ini Ahmadinejad sendiri lebih sering diposisikan sebagai salah satu musuh nomor satu di kawasan Timur Tengah, karena seringnya presiden Iran itu mengecam Israel.

Bukan hanya Yahudi yang tinggal di Israel dan Amerika, namun Yahudi yang berdiam di Iran dengan tentram dan damai pun tanpa pernah diganggu oleh Syi’ah, juga terkejut dan panik. Sebagian wartawan Iran yang berkeyakinan Yahudi menulis di jewishjournal akan bantahan itu, namun kurang dari satu hari, halaman itu sudah tidak bisa diakses lagi.

Beberapa yang langsung menulis pembelaan diam-diam dan mengeluarkan bantahan. Mereka juga mengecam para editor dan wartawan Telegraph yang menurunkan berita tersebut. (sa/jj)

Read More...

Waktu-Waktu Shalat

1. Zhuhur

Waktu zhuhur dimulai saat pertengahan hari (noon), yaitu ketika matahari melewati garis meridian (lingkaran besar langit yang menghubungkan utara dan selatan). Saat melewati garis meridian, ada tiga kemungkinan azimuth matahari (dihitung dari arah utara). Pertama, azimuth matahari = 0 derajat, yaitu ketika matahari melewati garis meridian, posisinya di belahan langit utara. Kedua, azimuth = 180 derajat, ketika posisinya di belahan langit selatan. Ketiga, azimuthnya tidak dapat ditentukan, ketika posisinya benar-benar tepat di zenith (atas kepala) atau ketinggiannya tepat 90 derajat..

Untuk kemungkinan pertama dan kedua, sebuah benda memiliki panjang bayangan jika terkena sinar matahari. Adapun untuk kemungkinan ketiga, panjang bayangan sama dengan nol. Panjang bayangan saat datangnya waktu Zhuhur ini akan berpengaruh pula pada penentuan datangnya waktu shalat Ashar.

Waktu zhuhur berakhir saat datangnya waktu shalat ashar.

2. Ashar

Berdasarkan hadits di atas, ada dua pendapat mengenai kapan datangnya waktu shalat ashar. Ini berkaitan dengan bayangan benda yang ditegakkan di atas tanah. Menurut mazhab Syafii, waktu shalat ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur). Sedangkan menurut mazhab Hanafi, waktu shalat Ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan dua kali tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur).

Panjang bayangan pada waktu Zhuhur yang merupakan panjang bayangan minimum ini perlu diperhitungkan, karena sangat mungkin panjang bayangan saat Zhuhur itu lebih panjang dari tinggi benda itu sendiri seperti di tempat yang memiliki lintang tinggi. Jika bayangan saat Ashar = Sa, bayangan saat zhuhur = Sz dan tinggi benda = h, maka secara sederhana dapat ditulis Sa = h + Sz menurut mazhab Syafii dan Sa = 2*h + Sz menurut mazhab Hanafi.

Waktu Ashar berakhir saat datangnya waktu shalat maghrib.

3. Maghrib

Waktu shalat maghrib dimulai saat matahari terbenam (sunset). Ketika matahari terbenam dimana posisinya di bawah ufuk, langit tidak langsung gelap. Hal ini disebabkan adanya atmosfer bumi yang membiaskan cahaya matahari. Karena itu, matahari harus tenggelam hingga belasan derajat di bawah ufuk supaya tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan sehingga langit menjadi gelap.

Waktu shalat maghrib berakhir saat datangnya waktu shalat Isya'.

4. Isya'

Waktu shalat Isya' dimulai saat langit gelap, atau berakhirnya mega merah (astronomical twilight) di langit barat.

Waktu Isya' berakhir saat datangnya waktu shubuh.

5. Shubuh

Waktu shubuh dimulai ketika munculnya fajar (shidiq) atau cahaya secara merata di langit timur. Meskipun saat itu matahari masih belasan derajat di bawah ufuk, namun akibat pembiasan atmosfer cahaya matahari dapat dibiaskan sehingga langit tidak lagi gelap. Beberapa catatan mengenai penentuan waktu Isya' dan Shubuh disajikan pada catatan di bawah.

Waktu shubuh berakhir saat matahari terbit..

Ada beberapa catatan mengenai waktu shalat di atas.

Pada tulisan terdahulu tentang Transformasi Sistem Koordinat, penulis sudah pernah menyinggung satu rumus penting yang berhubungan dengan waktu shalat, yaitu

Cos(Hour Angle) = [sin(altitude) - sin(lintang)*sin(deklinasi)] / [cos(lintang)*cos(deklinasi)].

Waktu shalat dapat ditentukan dengan perhitungan menggunakan rumus-rumus pergerakan matahari dengan tepat. Jika Hour Angle diketahui, maka sudut ini dapat dikonversi ke dalam waktu. Dari rumus di atas, ada beberapa parameter penting dalam menentukan waktu shalat untuk suatu tempat tertentu. Pertama, koordinat lintang (latitude) suatu tempat. Kedua, sudut deklinasi matahari yang berubah secara periodik sepanjang tahun. Deklinasi adalah salah satu koordinat dalam sistem koordinat ekuator (lihat tulisan tentang Mengenal Sistem Koordinat). Parameter lainnya yang menentukan meskipun tidak disebutkan dalam rumus di atas adalah koordinat bujur (longitude). Bujur suatu tempat berpengaruh pada penentuan waktu untuk tengah hari saat matahari melewati garis meridian setempat. Yang juga berperan penting dalam penentuan waktu untuk tengah hari adalah apa yang disebut Equation of Time. Equation of Time adalah selisih antara waktu saat matahari yang sesungguhnya melewati meridian dengan matahari fiktif yang bergerak dengan laju konstan. Terjadinya selisih ini akibat lintasan matahari mengitari bumi yang tidak berbentuk lingkaran melainkan elips. Pembahasan tentang Equation of Time lebih tuntas berikut rumus untuk memperoleh nilainya Insya Allah disajikan pada kesempatan lain.

Dalam hal ini, datangnya waktu zhuhur saat matahari melewati meridian, datangnya waktu maghrib saat matahari terbenam, serta berakhirnya waktu shubuh saat matahari terbit dapat dihitung dengan akurat. Demikian pula, datangnya waktu ashar dapat ditentukan, meskipun terjadi perbedaan pendapat, apakah panjang bayangan itu satu atau dua kali tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur). Perbedaan pendapat ini bukanlah mengenai bagaimana menentukan posisi matahari, namun perbedaan dalam menentukan definisi yang tepat mengenai kapan datangnya waktu Ashar.

Adapun untuk datangnya waktu salat Isya' maupun shubuh juga terjadi perbedaan pendapat. Penentuan kedua waktu tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan posisi matahari, namun efek dari atmosfer yang membiaskan cahaya matahari dari bawah ufuk. Ada beberapa pendapat, misalnya altitude matahari itu berkisar antara 15 hingga 20 derajat di bawah ufuk agar tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan. Diakui disini bahwa tidak ada satu pendapat mengenai sudut ini, sehingga perbedaan satu derajat saja akan berpengaruh pada perbedaan waktu shalat isya' dan shubuh beberapa menit.

Telah disebutkan di atas bahwa parameter penting dalam penentuan waktu shalat adalah lintang. Untuk daerah dengan lintang tinggi (di daerah sebelah utara 48,5 LU atau sebelah selatan 48,5 LS) dalam rentang waktu tertentu (beberapa hari hingga beberapa bulan), matahari tidak cukup tenggelam di bawah ufuk sepanjang waktu malam. Merujuk pada rumus di atas, untuk nilai Cos(Hour Angle) = 1 atau -1, posisi matahari di bawah ufuk (altitude negatif) tidak cukup tenggelam. Akibatnya, saat malam (yang didefinisikan dari saat matahari terbenam hingga terbit), langit tidak benar-benar gelap. Atmosfer bumi masih mampu membiaskan cahaya matahari sehingga langit masih nampak cukup terang sepanjang malam. Jadi jika hanya menggunakan perhitungan matematis semata, maka waktu isya' dan shubuh tidak dapat ditentukan.

Bahkan dalam kasus yang ekstrem, di daerah yang lintangnya sangat tinggi (sebelah utara 66,5 derajat LU atau sebelah selatan 66,5 derajat LS), matahari tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit selama beberapa hari hingga beberapa bulan. Jika matahari tidak pernah terbenam, akibatnya hanya waktu zhuhur dan ashar yang dapat ditentukan dengan perhitungan matematis. Sedangkan untuk kasus matahari yang tidak pernah terbit, hanya waktu shalat isya' dan shubuh saja yang dapat ditentukan dengan perhitungan yang normal.

Untuk kedua kasus ekstrem di atas, dimana langit tidak benar-benar gelap dan matahari tidak pernah terbit/terbenam, terdapat sejumlah pendapat/fatwa dari kalangan ulama. Masalah ini juga sudah pernah dibahas dalam muktamar ulama dari berbagai negara Islam beberapa dekade lalu. Insya Allah akan dibahas pada tulisan khusus.

Dari paparan singkat di atas, yang diharapkan adalah adanya landasan pemahaman yang kokoh jika suatu saat ditemui terjadinya perbedaan waktu jadwal shalat. Dalam satu kesempatan penulis pernah menjawab pertanyaan seseorang yang menanyakan mengapa jadwal waktu shalat shubuh di Jakarta yang dikeluarkan oleh tiga lembaga itu berbeda-beda untuk hari yang sama. Satu lembaga menyatakan pukul 4:36 pagi. Jadwal lain menyatakan pukul 4:38 dan satunya lagi pukul 4:42. Jika kita memahami latarbelakang bagaimana penyusunan jadwal shalat, Insya Allah perbedaan tersebut dapat dipahami.

Read More...

ALLAH KEMBALI MENGINGATKAN BANGSA DAN NEGERI INI.......

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatab mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar).”(TQS.Ar –Rum:41)
Negeri ini dalam kurun waktu yang berdekatan telah terjadi bencana yang cukup menjadi perhatian kita semua. Mulai dari gempa bumi di Jawa barat, tidak berapa lama juga terjadi banjir bandang di kabupaten Madina, Sumut, dan belum selesai kejadian tersebut terjadi lagi gempa bumi yang berkekuatan 7.6 SR di pulau Sumatera yang berpusat di Pariaman, Sumatera Barat yang telah memporak-porandakan kota Padang. Kesemua kejadian tersebut sekilas secara ilmu pengetahuan adalah hal yang mungkin terjadi akibat aktivitas daripada bumi ini.Tetapi ikhwah fillah, sebagai hamba Allah swt haruslah kita juga melihat kejadian ini dari sudut pandang agama kita yang mulia ini. .Apakah sebenarnya yang terjadi?Mengapa semua itu bisa terjadi?
Alhamdulillah, Allah Swt telah melimpahkan negeri ini dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Apapun yang dibutuhkan baik dari tanam-tanaman, air,dan barang tambang telah tersedia semuanya. Tetapi, apa yang kita lakukan selama ini atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada bangsa dan negeri ini. Apakah kita sudah bisa mempertanggungjawabkan semua nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya. Karena semuanya itu juga merupakan amanah dan titipan dari Allah bagi bangsa ini. Kesemua nikmat tersebut merupakan ujian bagi kita, apakah dengan kenikmatan tersebut bisa menjadikan kita menjadi yang lebih baik dan patuh kepada Allah swt atau malah bisa menjerumuskan kita kepada kemaksiatan. Kira-kira sudahkah kita mensyukuri apa yang telah kita miliki saat ini atau sebaliknya kita telah lupa dan durhaka kepada Sang Pemberi Nikmat tersebut.
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (TQS.Ibrahim:7)
Kita mungkin bisa melihat dan memperhatikan keadaan umat saat ini. Bagaimana krisis- krisis yang telah terjadi di tengah-tengah umat, terutama krisis akhlak dan moral bangsa kita saat ini.Kita seakan-akan telah melupakan bahwa kita sebenarnya mempunyai sebuah pegangan dan tuntunan yaitu Al Quran dan sunnah. Tetapi kita tidak menghiraukan hal tersebut. Bagaimana saat ini, kebohongan dan kedustaan seakan sudah biasa, para pemimpin yang banyak menyelewengkan jabatannya, nasehat para ulama sudah tidak dihiraukan dan ukhwah diantara kita yang semakin renggang serta yang ada hanya demi kepentingan pribadi dan golongan saja.Hukum syariat mulai kabur keberadaannya, yang mana halal dan haram sudah mulai tidak dihiraukan, pedoman hidup yang ada hanya menjadi pajangan, malah lebih asyik membaca Koran daripada Al Quran.
Kita semua harus bisa memuhasabah diri kita, apakah yang telah kita perbuat saat ini. Bagaimana ibadah kita saat ini, apakah kita sudah banyak melalaikannya. Kita melihat masjid-masjid hanya ramai ketika Ramadhan saja dan dan banyak yang sepi kembali ketika ramadhan usai.Sudahkah kita menafkahkan sebagian harta yang kita miliki karena didalam harta kita Sesungguhnya terdapat hak orang lain.Apakah selama ini kita sudah melakukan berbagai kezhaliman baik dengan Allah, orang lain bahkan diri kita sendiri. Ataukah mungkin selama ini ini kita telah menjadi orang yang sombong sehingga kita merasa apa yang kita dapat dan kita punya hanya merupakan usaha kita sendiri. Belum lagi sifat kerakusan kita yang sudah merusak alam ini dengan melakukan eksplorasi tanpa batas yang tidak menghiraukan kerusakan yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana alam ini ingin bersahabat dengan kita seperti lirik lagu Ebiet G. Ade, sementara kita menhancurkannya.
Kesombongan dan kekayaan yang selama ini kita banggakan tidak akan berarti lagi ketika Allah menghendaki seperti kejadian yang menimpa negeri ini tersebut.Jika kita bisa berpikir dan merenung sejenak, sesungguhnya kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuasaan-Nya. Kita hanya manusia yang lemah, tidak ada daya dan upaya melainkan dengan izin-Nya.Tulisan ini dibuat bukan berarti menyalahkan saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah tersebut,tetapi hanya untuk mengingatkan kita semua terlebih bagi penulis akan kekuasaan Allah, Tuhan yang patut kita sembah dan memohon pertolongan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari semua kejadian tersebut. dan kita doakan agar saudara-saudara kita dapat sabar dan tetap tawakkal menerima ujian tersebut.
Read More...

Sabtu, 05 September 2009

Kaya???

Mungkin di banyak benak masyarkat islam di iIndonesia identik dengan kemiskinan.Islam identik dengan kekumuhan.apalgi memang didukung fakta,jika standar minimum salary 2 dolar per hari maka indonesia mempunya 100 juta lebih masyarakat miskin.Kaitannya apa?bahwa 80% penduduk adalah muslim.Bisa dibayangkan gak tuh?berapa jumlah saudara kita yang termasuk kedalamnya.

padahal nih teman-teman,alquran gak ngajari kita miskin kok,alquran malah mengajarkan kita untuk kaya,ah beneran???coba kalian cari di alquran ada gak ayat yang nyuruh kita "menerima".gak ada kan?malahan al quran melalui surat al baqarah ayat 3 menyatakan ".....nafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepada mereka"filosofi ayat ini menyatakan bahwa kita dianjurkan untuk kaya agar bisa menafkahkan sebagian rezeki kita.tentunya dengan cara yang halal.Rata Penuh

hal inilah yang menjadi pikiran kita bersama,bagaimana kita bisa menata masa depan kita agar kita sebagai umat muslim tidak identik dengan kemiskinan?agar islam tidak diremehkan dimata dunia.

dikutip dari ceramah
>>>prof.Ahmad sayfii maarif
>>>yogyakarta 3 september 2009

berikan komentar anda!!
kita butuh solusi!!
Read More...

Puasa dan Keutamaannya

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Puasa itu benteng, maka janganlah berkata keji dan jangan berbodoh diri. Jika seseorang menentang atau memakinya maka hendaklah ia berkata : “Sesungguhnya saya sedang berpuasa” – dua kali. Demi Dzat yang diriku di’ tanganNya, bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi. Ia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untukKu dan Aku membalasnya. Kebaikan itu lipat sepuluhnya. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. Allah berfirman : “Seluruh amal anak Adam baginya selain puasa, sesungguhnya puasa itu bagiKu dan Aku membalasnya. Sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Puasa itu bagKu, ia meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumnya karena Aku. Puasa itu perisai. Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka dan kesenangan ketika bertemu dengan Tuhannya. Sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Setiap amal anak Adam baginya selain puasa, puasa itu bagiKu dan Aku membalasnya”. Demi Dzat yang diriKu ditanganNya sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi”. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw: bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Setiap amal anak Adam itu baginya selain puasa, sesungguhnya puasa itu bagiKu, dan Aku membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila salah seorang di antaramu berpuasa pada suatu hari maka janganlah berkata keji dan jangan teriak-teriak pada hari itu. Jika salah seorang memakimu atau melawanmu maka katakanlah : “Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tanganNya, sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum disisi Allah pada hari Qiyamat dari pada bau kasturi. Orang yang berpuasa itu mendapat dua kesenangan yang dinikmatinya yaitu apabila ia berbuka, maka senang karena bukanya dan apabila bertemu dengan Tuhannya, maka ia senang karena puasanya. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya Tuhanmu berfirman : “Setiap kebaikan itu sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Puasa itu bagiKu dan Aku membalasnva. Puasa itu perisai dari neraka. Sungguh bau busuknva mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi. Jika salah seorang di antaramu sedang berpuasa dijahili oleh orang jahil maka katakanlah : “Sesungguhnya saya ini sedang berpuasa”. (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw. telah bersabda: Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “HambaKu yang paling Aku cintai adalah orang yang paling segera berbuka”. (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Setiap amal anak Adam itu dilipatkan. Kebaikan dilipatkan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali, sampai sekehendak Allah. Allah berfirman : “Selain puasa, sesungguhnya puasa itu untukKu, dan Aku membalasnva, ia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku. Orang yang berpuasa mendapat dua kesenangan yaitu kesenangan ketika berbuka dan kesenangan ketika bertemu Tuhannya. Sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu lebih harum disisi Allah dari pada bau Kasturi”. (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Dari Ali bin Abi Thalib ra., beliau dari Rasulullah saw., beliau bersabda : “Sesunguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : “Puasa itu untukKu dan Aku membalasnya. Orang yang berpuasa itu mendapat dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Tuhannya. Demi Dzat Yang jiwa Muhammad di tanganNya, sungguh bau busuknva mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi.

Dari Abi Said al Khudri ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi bertirman : “Puasa itu bagiKu dan Aku mem­balasnya. Orang yang berpuasa itu mendapat dua kegembiraan, yaitu apabila ia berbuka maka bergembira dan apabila bertemu Tuhannya dan Tuhan memberinya balasan, maka ia bergembira. Demi Dzat vang jiwa Muhammad di-tanganNya, sungguh bau busuknya mulut orang yang berpuasa itu disisi Allah lebih harum daripada bau kasturi.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi berfirman : “Setiap amal anak Adam itu baginya selain puasa. Puasa itu bagiKu dan Aku membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila salah seorang dari padamu berpuasa pada suatu hari, maka janganlah ia berkata keji dan jangan berteriakteriak. Jika ia dicaci maki atau dilawan oleh seseorang maka hendaklah ia mengatakan: “Saya ini sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tanganNya, sungguh bau busuk mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi”.
——————————————————————————


PERDEBATAN SORGA DAN NERAKA DAN PENGADUAN NERAKA
——————————————————————————
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Berdebatlah sorga dan neraka. Neraka berkata : Saya diberi keutamaan dengan orang-orang yang sombong dan tukang paksa” Dan sorga berkata : “Kenapakah tidak masuk padaku kecuali orang-orang yang lemah dan orang bawahan ?” Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berfirman kepada Sorga : “Kamu adalah rahmat Ku, denganmu Aku mengasihani orang yang Aku kehendaki dari hamba Ku”. Lalu Tuhan berfirman kepada neraka : “Sesungguhnra kamu adalah adzabKu, denganmu Aku menyiksa orang yang Aku kehendaki dari hamba Ku”, masing-masing dari keduanya itu sampai penuh. Adapun neraka tidak penuh sehingga Allah meletakkan kaki Nya, lalu neraka berkata : “Sudah, sudah, sudah, maka di sanalah neraka penuh, dan sebagiannya berkumpul kepada sebahagian yang lain. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Besar tidak menzhalimi makhluqNya seorangpun. Adapun Sorga, maka sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, menciptakan makluq untuknya (Sorga)”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : Sorga dan neraka bertengkar di hadapan Tuhan. Sorga berkata : “Wahai Tuhan, gerangan apakah vang masuk sorga hanya orang-orang yang lemah dan orang-orang bawahan ?” Neraka berkata : “Sava diutamakan dengan orang-orang yang sombong”. Allah Yang Maha Tinggi berfirman kepada Sorga: “Kamu adalah rahmat Ku”, dan berfirman kepada neraka : “Kamu adalah adzab Ku, denganmu Aku menimpakan orang yang Aku kehendaki, masing-masing dari kamu berdua sampai penuh”, Rasulullah bersabda: “Adapun Sorga, maka sesungguhnya Allah tidak menzhalimi makhluq-Nya seorangpun, dan sesungguhnya Allah menciptakan neraka untuk orang yang dikehendakiNya, kemudian mereka dilemparkan padanya (neraka), maka neraka berkata : “Masihkah ada tambahan ?” sampai tiga kali, sehingga Tuhan meletakkan kedua telapak kakinya di neraka, maka neraka itu penuh dan sebahagiannya ditolakkan kepada sebahagian yang lain”. Lalu neraka berkata : “Sudah, sudah, sudah”. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).
Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda: “Jahannam senantiasa menjadi tempat pelemparan, lalu dia berkata : “Apakah masih ada tambahan ?”. Sehingga Tuhan Yang Maha Mulia meletakkan kedua telapak kaki-Nya, lalu sebahagiannya berkumpul dengan sebahagian yang lain dan neraka berkata : “Sudah, sudah; demi Kemulian Mu dan Kehormatan Mu”. Di sorga senantiasa ada tambahan, sehingga Allah menciptakan Makhluk untuknya; lalu mereka ditempatkan oleh Allah sebagai tambahan penghuni Sorga. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).
Dari Anas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Tetaplah di sorga sesuatu yang dikehendaki Allah untuk tetap, sehingga Allah menciptakan Makhluk dari yang dikehendakiNya untuk sorga itu”. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Dari Abu Hurairah ra.., ia berkata : Rasulullah saw: bersabda : “Sorga dan neraka berdebat. Sorga berkata : “Orang-orang lemah dan miskin masuk kepadaku”. Dan Neraka berkata : “Para pemaksa dan orang-orang yang sombong masuk kepadaku”. Kemudian Allah berfirman : “Kamu adalah siksa-Ku, denganmu Aku menyiksa orang yang Aku kehendaki”. Lalu Tuhan berfirman kepada sorga ; “Kamu adalah rahmatKu, denganmu Aku memberikan rahmat kepada orang yang Aku kehendaki”. (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

——————————————————————————

RAHMAT ALLAH MENGALAHKAN KEMURKAANNYA DAN DITERIMANYA TAUBAT DARI ORANG YANG BERDOSA
——————————————————————————

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Ketika Allah menciptakan makhluk, Allah menulis di dalam kitabNya, Dia menulis atas diriNya, Dia meletakkan di sisiNya pada Arasy : “Sesungguhnya rahmatKu mengalahkan kemurkaanKu”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. juga, dia berkata di dalamnya : “Sesungguhnya rahmatKu mengalahkan kemurkaanKu”. Dalam hadits itu beliau bersabda juga : “Ketika Allah telah selesai menciptakan makhluk … “.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar Nabi saw, bersabda : Sesungguhnya seorang hamba melakukan dosa – barangkali beliau bersabda : “Ia berdosa dengan suatu dosa, ia berkata : “Wahai Tuhanku saya berdosa dengan suatu dosa”, dan barangkali ia berkata : “Saya melakukan (dosa), maka ampunilah saya”. Tuhannya berfirman : “Apakah hambaKu mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya ?” Aku mengampuni hambaKu”. Kemudian diam selama yang dikehendaki Allah. Kemudian ia melakukan dosa atau beliau bersabda : “Ia berdosa” Ia berkata : Wahai Tuhanku, saya berdosa atau saya melakukan (dosa) lain, maka ampunilah saya”. Tuhan berfirman : “Apakah hambaKu mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya ? Aku mengampuni hambaKu”. Kemudian diam selama yang dikehendaki Allah. Kemudian ia berdosa dengan suatu dosa dan barangkali beliau bersabda : “Ia melakukan dosa, lalu berkata : “Saya berdosa yang lain maka ampunilah saya”. Dia berfirman : “Apakah hambaKu mengetahui ? Aku mengampuni hambaKu tiga kali, maka hendaklah ia melakukan apa yang dikehendakinva”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dalam menceritakan apa yang (datang) dari Tuhannya Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Seorang hamba berdosa dengan suatu dosa, ia berkata : “Wahai Allah, ampunilah dosaku”. Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : “HambaKu berdosa dengan suatu dosa, ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya”. Kemudian ia kembali dan berdosa, ia berkata : “Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku”. Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman: “HambaKu berdosa dengan suatu dosa, ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya”. Kemudian ia kembali berdosa, dan berkata : “Wahai Tuhanku, ampunilah dosa saya”. Lalu Dia Yang Maha Suci dan Maha Besar berfirman : “HambaKu berdosa dengan suatu dosa, lalu mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya. Berbuatlah apa yang kamu kehendaki, Aku telah mengampunimu”. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw, beliau bersabda : “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia ingat kepadaKu. Demi Allah, sungguh Allah lebih suka kepada taubat hambaNya dari pada salah seorang di antaramu yang menemukan barangnya yang hilang di padang. Barangsiapa vang mendekatkan diri kepadaKu sejengkal maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu sehasta, maka Aku mendekatkan diri kepadanya satu depa. Apabila ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari kecil. (Hadits ditakhrij oleh Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : Sesungguhnva dua orang laki-laki yang masuk neraka sangat keras teriakannya. Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Keluarkan keduanya !”. Ketika keduanva telah dikeluarkan, Dia berfirman kepada keduanya : “Karena apakah kamu berdua amat sangat dalam menangis ?” Keduanya berkata : “Kami lakukan hal itu agar Engkau mengasihani kami”. Dia berfirman : “Sesungguhnya rahmatKu bagimu adalah kamu berdua terlepas (dari neraka). jatuhkanlah dirimu ke dalam neraka di mana kamu berada !”, maka keduanya pergi. Salah seorang dari keduanya menjatuhkan dirinya, lalu dijadikanNya neraka itu dingin dan selamat baginya. Yang lain berdiri dan tidak menjatuhkan dirinya. Lalu Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Apakah yang menghalangi kamu untuk menjatuhkan dirimu sebagaimana temanmu ?” Ia menjawab : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengeluarkan saya”. Tuhan berfirman kepadanya: “Bagimu harapanmu”. Maka keduanva masuk sorga dengan rahmat Allah. (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi). Read More...

Sabtu, 15 Agustus 2009

 LEBIH DEKAT KE NERAKA

B icara tentang selebriti memang tiada habis-habisnya. Kelas masyarakat yang satu ini punya keistimewaan tersendiri tidak hanya di mata para penggemarnya. Sebagai lambang “kesuksesan”, popularitas hampir selalu mengiringi para selebriti ini.

Makanya, jalan menuju popularitas begitu diminati dan dicari, meski dengan harga yang tinggi, di antaranya melalui berbagai model audisi. Padahal, berbagai bahaya terkandung dalam popularitas ini, sebagaimana yang kami uraikan dalam “Fikih Keluarga”.


Popularitas inilah yang menjadikan mereka terangkat sebagai sosok teladan dalam kehidupan baik dalam perilaku, gaya hidup bahkan dalam masalah agama. Kalau menilik tingkah polah para selebriti, dominasi maksiat lebih kentara dibanding perbuatan mereka yang berbau surga. lebih jelasnya, silahkan menyimak “Sakinah 1”.
Tidak dipungkiri, memang ada beberapa yang berusaha mencuci kembali kehidupan selebritinya itu dengan amalan-amalan islami. namun sayang, mereka tak menyangka bahwa amalan-amalan tersebut tidak ada dasarnya. Apa saja contohnya? Silahkan baca “Sakinah 2”.
Demikianlah, mengingat begitu banyak perilaku selebriti yang lebih dekat ke neraka, tidak sepantasnya mereka diidolakan apalagi dipuja, apalagi berkeinginan menjadi seperti mereka. namun, sebagaimana pelaku dosa lainnya, tidak tertutup kemungkinan para selebriti itu menjadi penghuni surga, asal mereka taubat dengan sebenar-benarnya.
Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqah (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghah (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rezeki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (Riwayat Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643)
Untuk itulah, banyaknya dosa janganlah membuat pelakunya putus asa dari rahmat Allah, sebaliknya, jangan merasa sombong dan merasa aman dengan banyaknya amalan shalih yang dilakukan, sebab Allah Maha membolak-balikkan hati para hamba-Nya.
Read More...

 ANTARA BENCI DAN CINTA

Benci dan cinta, selalu ada dalam hati manusia. Adalah fitrah, bila manusia mencintai sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan membenci segala yang menyusahkannya. Yang harus diperhatikan, seorang muslim hendaknya selalu menimbang rasa benci dan cintanya, berdasarkan syariat Allah l. Ia harus mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh-Nya. "TERJALNYA" JALAN KE SURGA

Surga adalah impian dan cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun, untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui berbagai ujian dan rintangan. Sebaik-baik bekal yang mesti dibawa adalah takwa. Yaitu menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang berat, dan membuat jalan ke surga menjadi "terjal" atau sulit dilalui. Hanya orang-orang yang terpilih dan mendapat hidayah-Nyalah yang akan berhasil melaluinya.

Setiap orang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar keimanannya. Semakin tinggi imannya, semakin berat pula ujiannya. Rasulullah n pada permulaan dakwahnya, banyak menghadapi celaan, caci-maki, hinaan, bahkan tindakan kasar dan keji dari kaumnya. Namun beliau tetap bersabar. Ketika pamannya, Abu Thalib meminta beliau untuk menghentikan dakwahnya, beliau menjawab, "Wahai pamanku, meskipun matahari diletakkan di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tak akan menghentikan dakwahku, hingga maut menjemput diriku." Itulah bukti cinta Rasulullah n kepada Allah l, sekaligus kepada kaumnya.

Sesungguhnya, Rasulullah n sangat menyayangi pamannya itu. Namun, ketika pamannya memerintahkan suatu perkara yang bertentangan dengan perintah Allah l, beliau dengan tegas menolaknya. Kemudian, setelah Islam berkembang pesat dan mengalami kejayaannya, Rasulullah n tidaklah sombong dan menepuk dada.

Beliau n juga tetap amanah dan hidup sederhana, meski ada kesempatan untuk bermewah-mewah. Beliau tetap tawadhu', dan memperbanyak amal ibadah. Shalat malam, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan istighfar, itu adalah "makanan" sehari-harinya, yang diteladani oleh para sahabatnya yang mulia. Semua itu tetap beliau dan para sahabatnya lakukan, meski di antara mereka sudah dijamin surga! Itulah wujud cinta dan tanda syukur mereka kepada-Nya. Hati mereka sudah dipenuhi dengan keagungan nama-Nya.

Jiwa mereka sangat merindukan untuk dekat dengan-Nya. Kini, bagaimanakah dengan kita? Sampai di mana usaha kita untuk dapat meraih surga-Nya? Kesibukan dunia, ternyata telah banyak melalaikan kita dari-Nya. Shalat yang lima waktu saja sering terlambat, bahkan kadang terlewatkan (na'udzubillaah).

Shalat malam? Jangankan bangun untuk mengambil air wudhu kemudian shalat di pertengahan malam. Saat adzan subuh pun, kadang masih malas untuk bangun. Lebih nikmat berselimut dan memeluk bantal, daripada memenuhi panggilan-Nya. Astaghfirullaah.

"MULUSNYA" JALAN KE NERAKA

Dalam kamus setan, tak dikenal kata menyerah dan putus asa, selama itu demi menyukseskan misi abadinya, untuk menyesatkan manusia: ke neraka. Sejauh mungkin, dengan apa pun caranya, bagaimana pun bentuknya, serta kapan pun waktunya.

Setan akan senang sekali, bila melihat manusia memilih jalan ke neraka. Ia juga akan membantu manusia untuk melaluinya, serta menghiasi berbagai sarana yang menjadikan manusia tertarik padanya. Beberapa jalan setan untuk menjebak manusia di antaranya:

- Indahnya syahwat

Nafsu syahwat senantiasa ada dalam diri manusia. Terkadang ia bergejolak dan menggelegak, menghentak-hentak, minta segera disalurkan. Allah l telah memberi solusi penyaluran syahwat ini melalui pernikahan, dengan segala hikmahnya yang agung.

Namun, setan pun memberi solusi dengan berbagai cara lain yang sudah pasti haram, meski banyak manusia menyukainya. Misalnya dengan pacaran yang dilanjutkan dengan hubungan di luar nikah, berselingkuh dengan PIL, WIL atau PSK.

Cara ini, bagi sebagian orang justru lebih nikmat dan disukai. Adakalanya mereka lebih mencintai pasangan selingkuhnya, daripada pasangan sahnya. Jelas, yang seperti ini sangat tercela dan berdosa.

- Nikmatnya narkoba

Narkoba, dengan segala bentuknya, juga merupakan perangkap setan yang tampak indah dan nikmat, dalam pandangan sebagian orang. Bagaimana tidak? Dengan mengonsumsinya, seseorang bisa seolah "terbebas" dari segala macam keruwetan dan masalah kehidupan.

Seseorang bisa melepaskan segala stres dan kepenatan, juga kejenuhan. Karena narkoba akan membawanya terbang ke awang-awang...jiwa terasa bebas dan segala beban pun lepas.... Namun...itu hanya terjadi sesaat saja. Setelah itu, seluruh tubuh akan terasa sakit dan ngilu, karena narkoba telah merusak berbagai organ vital di dalamnya. Efek ketagihan pun menyertai. Rasa sakit tak akan reda bila pengonsumsian dihentikan....

- Harta yang menggoda

Hampir setiap manusia mencintai harta. Allah l telah memberikan rambu-rambu pada manusia untuk memperolehnya. Di antaranya dengan ayat-ayat yang menjelaskan halalnya jual beli dan haramnya riba. Juga dengan ayat yang menjelaskan keharaman memperoleh harta dengan menzhalimi orang lain.

Sayang, meskipun rambu-rambu itu begitu jelas dan tegas, masih banyak manusia yang "tertarik" untuk melanggarnya. Praktik riba, merebak di mana-mana. Korupsi, sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat negeri ini. Pencurian, perampokan, dan berbagai tindak kriminal lainnya frekuensinya kian meningkat tajam. Semua itu adalah pertanda, bahwa banyak manusia telah "kehilangan" hati nuraninya. Mereka tak merasa bersalah sedikit pun, atau merasa sayang dan kasihan kepada orang-orang yang mereka aniaya. Hukum rimba telah berlaku di alam manusia.

- Kesombongan yang tak terasa

Sikap sombong dan membanggakan diri, terkadang juga menghinggapi jiwa manusia, baik disadari atau tidak. Orang yang sombong, hanya mencintai dan mau bergaul dengan orang-orang yang dipandang "sederajat" dengannya. Bila ia kaya dan berpangkat, ia enggan bergaul dengan orang-orang miskin, yang tidak sederajat dengannya. Tak jarang, mereka bersikap tidak pantas kepada orang-orang yang dianggap rendah. Mereka juga merasa berat, untuk mengeluarkan zakat.

Hendaknya, kita senantiasa berusaha menjauhi sikap sombong ini, sekecil apa pun, karena Rasulullah n bersabda, "Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezhaliman (melampaui batas)." (Riwayat al-Hakim)

- Memandang bid'ah sebagai kebajikan

Di antara kita, banyak pula yang sangat mencintai amalan-amalan yang dipandang sebagai kebajikan, padahal kenyataannya adalah kebid'ahan. Di antaranya adalah tahlilan dan yasinan setelah kematian seseorang. Atau memperingati kelahiran (maulid) maupun kematian (khaul) seseorang yang dipandang sebagai orang shalih.

Sungguh, bila yang seperti itu adalah kebajikan dan suatu yang perlu dilestarikan, maka Rasulullah n dan para sahabatnya adalah generasi pertama yang akan melakukannya.

MEWUJUDKAN CINTA PADA SESAMA

Setelah mengetahui lika-liku jalan ke surga dan tipu daya jalan ke neraka, maka seorang mukmin harus selalu mengupayakan dirinya untuk meniti jalan menuju surga, dan mengajak orang-orang terdekatnya untuk berbekal dengan takwa.

Setiap mukmin, tentu mencintai keluarganya. Setiap kita yang mencintai keluarga, tentu tak akan rela bila di antara mereka masuk neraka. Karena itulah, demi cinta kita, kita harus melaksanakan perintah Allah l,

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)

Kepada mereka, yaitu suami atau istri kita, orangtua serta anak-anak kita, kita harus berusaha melakukan amar ma'ruf nahi mungkar (mengajak pada kebajikan dan mencegah kemungkaran), semampu kita. Bagaimana kalau mereka melakukan kemaksiatan? Kita harus berusaha menasihatinya, diiringi dengan doa, agar Allah l menyadarkan dan memberi hidayah kepada mereka.

Dalam lingkup yang lebih luas, cinta pada sesama harus kita wujudkan pula dengan beramar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan terdekat kita, yaitu tetangga dan sanak famili.

YANG MESTI KITA BENCI

Segala jalan ke neraka, itulah yang selayaknya kita benci dan jauhi. Demikian pula dengan orang-orang kafir serta orang yang suka menentang kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah n, hendaknya kita tidak menjadikan mereka sebagai teman dekat.

Allah l berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..." (Al-Mumtahanah: 1)

Semoga kita tidak akan salah lagi dalam menempatkan benci dan cinta....Kita benci apa yang dibenci-Nya, dan kita cintai apa yang dicintai-Nya. (ummu fauzan)

Read More...

 IMSAK, SUNNAH ATAU BID'AH?

Dari arah masjid terdengar suara pengumuman:
”Bapak-bapak, ibu-ibu, adik-adik, ayo sahur...sahuuur karena waktu imsak tinggal 10 menit lagi.”

Di antara hal yang sering dilakukan oleh umat Islam di Indonesia khususnya, adalah berhenti makan dan minum saat sahur, ketika telah masuk waktu imsak. Kebanyakan mereka meyakini, bahwa waktu imsak adalah waktu yang mengharuskan kita berhenti makan dan minum (atau jima').
Sehingga demi mengumumkan waktu imsak, banyak cara dilakukan orang. Ada yang berteriak lantang lewat mikropon masjid dengan berkata: IMSAAAK...IMSAAAK, ada pula yang menyalakan sirine mirip mobil pemadam kebakaran. Bagaimana pandangan Islam tentang hal ini?
Berikut penjelasan Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ketika ditanya tentang adanya waktu imsak dalam beberapa almanak di bulan Ramadhan, (yang ditentukan waktunya sekitar 10-15 menit sebelum subuh). Apakah hal ini memiliki dalil dari sunnah, ataukah merupakan bid’ah?
Beliau menjawab,
Hal ini termasuk bid’ah, tiada dalilnya dari sunnah, bahkan sunnah bertentangan dengannya, karena Allah berfirman di dalam kitabnya yang mulia,

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

“Makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang merah dari benang putih yaitu fajar.” [Al-Baqarah: 187]

Nabi bersabda,
إنَّ بلاَلاً كَانَ يُؤَذنُ بِلَيْلٍ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذنَ اِبْنُ أمِّ مَكتُومٍ فَإنَّهُ لا يُؤَذنُ حَتَّى يَطلُعَ الفَجْرُ

“Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan di malam hari, makan dan minumlah sampai Ibnu Umi Maktum mengumandangkan adzan, karena dia tidak beradzan sampai terbit fajar.”1

Imsak yang dilakukan oleh sebagian orang itu adalah suatu tambahan dari apa yang diwajibkan oleh Allah sehingga menjadi kebatilan. Itu termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama Allah, padahal Nabi telah bersabda,

“Celakalah orang yang mengada-adakan! Celakalah orang yang mengada-adakan! Celakalah orang yang mengada-adakan! “2

Demikian penjelasan beliau mengenai hukum imsak. Wallahu a’lam bishawab.

Kesimpulan:
Sesungguhnya waktu imsak yang banyak dijadikan patokan bagi manusia untuk menghentikan makan sahur itu tidak memiliki dasar yang jelas. Tiada dalilnya dari sunnah, bahkan bertentangan. Sehingga hal ini termasuk bid’ah, karena Allah berfirman di dalam kitabnya yang mulia,
“Makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang merah dari benang putih yaitu fajar.” [Al-Baqarah: 187]
Pembaca sekalian, sesungguhnya sunnah yang dicontohkan Rasulullah n adalah mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar. Maka begitulah yang seharusnya kita lakukan.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Nabi dan Zaid bin Tsabit makan sahur. Setelah itu, Nabi n bangkit untuk shalat subuh, dan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya shalat kira-kira lamanya seseorang membaca lima puluh ayat di Kitabullah.
Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ,
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِي ثُمَّ قَامَ إلى الصَّلاةِ قُلْتُ : كمْ كانَ بَيْنَ الأذانِ وَالسَّحُورِ ؟ قال : قَدْرَ خَمْسِيْنَ آيَــة
"Kami makan sahur bersama Rasulullah n kemudian beliau shalat." Aku tanyakan (kata Anas), "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?" Zaid menjawab, "Kira-kira 50 ayat membaca al-Quran." (Muttafaq ‘alaihi)

Kemudian kita diperbolehkan makan, minum, jima' selama (dalam keadaan) ragu fajar telah terbit atau belum. Allah serta Rasul-Nya telah menerangkan batasan-batasannya sehingga menjadi jelas, dan Allah memaafkan kesalahan, kelupaan serta membolehkan makan, minum, dan jima', selama belum ada kejelasan. Sesungguhnya kejelasan adalah satu keyakinan yang tidak diragukan lagi.
Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, apa yang kami tulis adalah untuk menjelaskan kebenaran dengan bimbingan ulama. Kalau memang suatu perkara itu tidak memiliki landasan yang jelas, dari al-Quran maupun Sunnah, berarti hal tersebut adalah bid’ah. Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah untuk senantiasa menerima kebenaran. Wallahu a’lam.
Read More...

 MERAIH BERKAH RAMADHAN

Para salaf, pendahulu umat ini sangat memahami betapa berartinya Ramadhan. Segala kebaikan, keutamaan serta berkah berkumpul di dalamnya. Sehingga mereka yang tahu sifat dan keutamaan Ramadhan akan bersiap menyambut dengan berbagai amal kebajikan, agar memperoleh keberuntungan yang besar. Dan mereka tak akan berpisah dengan Ramadhan, kecuali ia telah menyucikan ruh dan jiwanya.
Sebagaimana firman Allah, “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (Asy-Syam: 9)
Sungguh sangat merugilah orang yang tak peduli pada Ramadhan, menyia-nyiakan kehadirannya, padahal antara waktu siang dan malamnya dipenuhi kebaikan dan keberkahan.
KEUTAMAAN RAMADHAN
Telah disinggung di atas bahwa bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Di antaranya dalam Ramadhan terdapat tiga macam ibadah yang sangat agung, yaitu puasa, zakat dan qiyam (berdiri untuk shalat). Namun selain tiga ibadah tersebut, masih banyak amalan-amalan lain yang bisa pula kita lakukan selama Ramadhan.
Banyak ayat dalam al-Quran yang menganjurkan orang berpuasa. Sebagaimana firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
“Dan berpuasa itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 184)
“Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kamu mukminin dan mukminat, orang-orang yang taat laki-laki dan perempuan, orang-orang yang jujur laki-laki dan perempuan, orang-orang yang sabar laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka bersedekah laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka berpuasa laki-laki dan perempuan, orang-orang yang memelihara kehormatannya laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka menyebut-nyebut nama Allah banyak sekali, laki-laki dan perempuan, maka Allah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahdzab: 35)
Membayar zakat merupakan kesempurnaan bagi puasa seseorang dan merupakan kewajiban dalam Islam, juga keuntungan. Sebagaimana firman Allah,
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap butir seratur biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka adalah superti kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun (telah cukup baginya). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 265)
Mengingat besarnya pahala dan manfaat zakat, hendaknya kita melakukan dengan penuh keikhlasan. Selain untuk membersihkan harta, juga menjauhkan dari sikap bakhil dan rakus. Zakat juga merupakan wujud kepedulian kita kepada orang lain yang membutuhkan, serta membebaskan kita dari tanggungan dan ancaman dasyat, seperti firman Allah,
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil terhadap harta-harta yang Allah berikan kepada mereka sebagai karunia-Nya itu menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala urusan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran: 180)
Rasulullah n banyak memberi contoh amalan selama Ramadhan, termasuk mengisi waktu dengan qiyam (berdiri untuk shalat) baik itu wajib ataupun sunnah. Adapun shalat sunnah itu meliputi shalat tarawih ataupun shalat malam sebagaimana sabda Nabi n,
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharap balasan, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat.”
Rasulullah selalu menghidupkan hampir seluruh malamnya untuk beribadah, juga membangunkan keluarganya untuk qiyamul lail. Terlebih di bulan Ramadhan. Bahkan disebutkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah x, dia berkata, “Yang aku ketahui beliau shalat semalaman sampai menjelang pagi.”
Selain 3 amalan utama di atas, Rasulullah juga mengisi Ramadhan dengan amalan-amalan shalih lainnya. Tak ada waktu yang beliau lewatkan sia-sia. Terlebih di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Beliau juga melakukan i’tikaf karena mengharap lailatul qadar, kita menyibukkan diri dengan ibadah, bermunajat dan memperbanyak dzikir pada Allah.
Demikian pulalah seharusnya kita dalam mengisi Ramadhan, menyibukkan hati dengan apa saja yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga tidak ada yang tersisa dalam hati selain Allah dan segala yang mendatangkan keridhaan-Nya.
Selain keutaman Ramadhan dalam hal ibadah, pada bulan Ramadhan pula al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Yaitu pada malam lailatul qadar. Hal ini disebutkan dalam al-Quran,
“Pada bulan Ramadhan yang diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan dari petunjuk, dan membedakan (antara yang hak dan yang batil), maka barangsiapa yang hadir di antara kamu di bulan itu hendaklah ia berpuasa.” (Al Baqarah: 185)
Keutamaan lain Ramadhan adalah dibukanya pintu-pintu rahmat dan ditutupnya pintu jahanam, dan para setan dibelenggu. Jika kita sudah memahami hal itu, tentunya akan segera berlomba mengisi Ramadhan dengan amal kebajikan seraya mengharap pahala berlipat seperti yang Allah janjikan. Juga memenuhi diri dengan taubat, sebab pintu ampunan dibuka lebar. Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan Allah meraih kebaikan Ramadhan dan semua keutamaan di dalamnya.

JANGAN SIA-SIAKAN RAMADHAN
Barangsiapa melewatkan waktu selama Ramadhan dengan sia-sia, sesungguhnya ia termasuk orang yang merugi dalam perdagangannya dengan Allah. Ia melewatkan keberuntungan besar berupa hadiah dari Allah l.
Dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali z, secara marfu’ dari Nabi n bersabda,
“Barangsiapa menjumpai Ramadhan dalam keadaan sehat dan muslim lalu ia berpuasa pada siang harinya, shalat pada sebagian malamnya, menahan pandangannya, menjaga kemaluannya, lisan dan tangannya, menjaga shalat-shalatnya dengan berjamaah, bersegera menuju shalat Jumat, maka sungguh dia telah berpuasa sebulan, menyempurnakan pahala serta mendapatkan lailatul qadar, dan dia beruntung dengan hadiah dari Rabb Tabaraka wa Ta’ala.
Di antara hadiah itu adalah ampunan besar. Sebagaimana kita tahu Ramadhan penuh dengan ladang ampunan yang dibentang lebar, hingga Rasulullah mendorong umatnya untuk memanfaatkan keberkahan itu dengan memohon ampunan dosa. Beliau n mengumpamakan sekiranya dosa orang yang berpuasa seperti busa air laut, akan diampuni karena besarnya kedudukan ibadah yang berkeberkahan itu.
Dari Abu Hurairah z, Nabi n bersabda,
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan ikhlas, diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”
Kerugian lain atas orang yang menyia-nyiakan ibadah dan waktu selama Ramadhan, ia kehilangan nikmat Allah berupa pembebasan dari api neraka, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa Allah berkenan membebaskan setiap muslim dari api neraka tiap-tiap malam Ramadhan. Bagaimana Allah l akan membebaskan dari api neraka jika kita tetap sibuk dengan maksiat dan lalai dari beribadah selama Ramadhan dan bulan lain?
Selain hal di atas, Allah juga menyambut doa-doa orang yang berpuasa terlebih di malam-malam yang mustajab, melipatgandakan pahala atas setiap kebajikan. Masihkah kita rela kehilangan semua itu karena menyia-nyiakan kesempatan emas selama Ramadhan?
Tak hanya itu, termasuk orang yang merugi, selama Ramadhan adalah mereka yang tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat. Begitulah, kebanyakan dari kita berpuasa Ramadhan, tapi perbuatan kita tak jauh beda dengan saat kita berpuasa, tetap saja bermaksiat dan tidak meninggalkan keharaman. Seperti berdusta, ghibah, memfitnah, pergi ke tempat maksiat dan hal sia-sia lainnya.
Nabi n bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan masih juga melakukannya, serta melakukan perbuatan-perbuatan bodoh, maka Allah tidak membutuhkan terhadap puasanya, meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya.”
Coba kita tengok banyak dari saudara kita, meski berpuasa tetap menghabiskan waktunya untuk nongkrong, mengumbar pandangan, tidak menjaga perut dari keharaman makanan atau minuman, tetap mengikuti nafsu dan sebagainya. Padahal Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pandangan, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (Al-Isra': 36)
Hal lain yang seharusnya tak kita lupakan adalah dzikrul maut (mengingat kematian). Kematian bisa mengintai kita kapan saja. Bila kita lalai bahwa kita akan mati, maka kita akan menyia-nyiakan waktu, dan melalaikan ibadah. Lain halnya bagi orang-orang yang mengingat maut. Mereka akan lebih bersemangat dalam kebajikan, termasuk dalam memanfaatkan waktu selama Ramadhan, dan mengoptimalkan semua kesempatan yang ada, baik di dalam atau di luar Ramadhan. Memang begitulah seharusnya, karena kita tak pernah tahu, akankah kita bersua kembali dengan Ramadhan tahun depan?
Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan meraih berkah Ramadhan, dan memperoleh keberuntungan berlipat di dalamnya serta tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. (Ummu Nabhan)

Read More...

 SIKAP MUSLIM TERHADAP MAKSIAT

Semakin dunia mendekati kiamat, kemaksiatan pun semakin nyata tersebar di mana-mana. Tak terkecuali di negeri-negeri kaum muslimin. Misalnya praktik riba atau membungakan uang, kebiasaan meninggalkan shalat dan puasa Ramadhan, wanita yang meninggalkan jilbab serta suka berdandan dan pamer aurat di luar rumahnya.

Bagaimana sikap seorang muslim terhadap kebanyakan maksiat yang tersebar seperti itu? Berikut jawaban Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (karena keterbatasan halaman, jawaban beliau v kami ringkas-Red):

Sikap seorang muslim (terhadap hal itu) telah dibatasi oleh Nabi n yang bersabda,

“Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, maka jika ia tidak mampu dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.”

Dari hadits ini, pengubahan terhadap kemungkaran itu melalui tiga tahapan.

Tahapan pertama: Mengubah dengan tangan

Jika Anda berkuasa mengubah kemungkaran dengan tangan Anda, maka lakukanlah. Dan hal itu memungkinkan dilakukan oleh seseorang jika kemungkaran tersebut terjadi di rumahnya dan dialah yang berkuasa di rumah itu. Dalam kondisi ini dia dapat mengingkari kemungkaran tersebut dengan tangannya.Seandainya seorang lelaki (suami/ayah) masuk ke dalam rumahnya lalu ia menemukan alat musik, maka memungkinkan baginya untuk mengubah kemungkaran tersebut dengan tangannya, seperti dengan mematahkan alat tersebut karena ia mampu melakukannya.

Tahapan kedua: Mengubah dengan lisan

Jika ia tidak mampu mengubah kemungkaran dengan tangannya, maka dapat berpindah pada tahapan yang kedua yaitu mengubah kemungkaran dengan lisan. Dan mengubah dengan lisan (dapat dilakukan) dengan dua cara.

Pertama, dengan mengatakan kepada pelaku kemungkaran, "Tinggalkanlah kemungkaran ini," dan berbicara dengannya serta memarahinya jika kondisi menuntut demikian.

Kedua, jika ia tidak dapat melakukan hal tersebut maka hendaklah ia menyampaikan kepada para penguasa (waliyul amri).

Tahapan ketiga: Mengubah dengan hati

Jika ia tidak sanggup mengubah kemungkaran dengan tangan atau lisan, maka hendaknya ia mengingkarinya dengan hati dan itu merupakan selemah-lemah keimanan. Pengingkaran dengan hati adalah dengan membenci kemungkaran itu dan membenci keberadaannya, serta menginginkan agar ia tidak ada.

Di sini terdapat satu point yang harus kita perhatikan, dan ia diisyaratkan oleh Nabi n dalam hadits ini, "Barangsiapa di antara kalian yang melihat...”

Penglihatan di sini; apakah ia adalah penglihatan dengan mata atau berdasarkan pengetahuan atau secara sangkaan? Adapun secara sangkaan maka tentu bukanlah yang dimaksud di sini, karena tidak boleh memberi sangkaan yang buruk terhadap seorang muslim!

Jika demikian maka yang tersisa adalah penglihatan/pandangan dengan mata atau berdasarkan pengetahuan.

Dengan mata: Maksudnya jika seseorang melihat (langsung) kemungkaran tersebut.

Adapun berdasarkan pengetahuan: Jika ia (hanya) mendengar namun tidak melihatnya, atau jika seseorang yang dapat dipercaya memberitahukannya tentang (kemungkaran) tersebut.

Di sini jelaslah bagi kita bahwa Rasulullah n menginginkan agar kita tidak tergesa-gesa dalam menghukumi seseorang dalam kemungkaran hingga kita melihatnya: "Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemungkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya, jika ia tidak mampu hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman."

Sebagian orang bertanya kepada saya, "Saya duduk bersama pelaku kemungkaran dan saya membenci (kemungkaran itu) dengan hati serta mengingkarinya dengan hati, maka apakah saya terjatuh dalam dosa atau tidak?"

Ia mengatakan, "Saya bersaksi kepada Allah bahwa saya membenci kemungkaran ini dan tidak menyukainya dengan hati saya." Maka kita mengatakan, "Anda belumlah mengingkarinya dengan hati Anda, karena jika Anda telah mengingkarinya dengan hati Anda, maka Anda akan mengingkarinya dengan anggota tubuh Anda, karena Nabi n berkata,

“Ingatlah! Bahwa di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka akan baik pula seluruh jasad. Dan apabila ia rusak maka akan rusak pula seluruh jasad. (Ketahuilah) bahwa ia adalah hati.” [Mutafaq alaihi]

Seandainya hati Anda membencinya, maka apakah mungkin Anda tetap duduk bersama orang-orang yang melakukannya?

Oleh karena itu Allah l berfirman,

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.” [An-Nisa': 140]

Oleh karena itu, sesungguhnya sebagian orang awam sangatlah memprihatinkan. Mereka menyangka, bahwa jika ia duduk bersama kemungkaran dalam keadaan membencinya dengan hatinya, itu diperbolehkan. Padahal maksudnya tidaklah demikian.

Persoalannya seperti yang telah saya jelaskan kepada Anda sekalian, bahwa orang-orang yang mengingkari (kemungkaran) dengan hatinya tentulah tidak mungkin tetap tinggal (dengan kemungkaran itu) baik secara kenyataan maupun secara syar’i. Dan dustalah perkataan orang yang mengatakan bahwa saya membenci kemungkaran ini, namun ia tetap duduk bersama pelakunya.

Wallahu a'lam bishawab.

[Disalin dari kitab Al-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Penerjemah Muhammad Ihsan Zainuddin, Penerbit Darul Haq] diambil dari: http://almanhaj.or.id

Read More...

 BENCI KARENA CINTA

Bagaimana bisa rasa benci muncul karena didorong rasa cinta? Bukankah pada umumnya rasa cinta itu menghilangkan kebencian? Namun, tidak demikian bagi seorang muslim. Seorang muslim harus bisa menempatkan dua rasa yang berlawanan ini sesuai dengan aturan.

Mungkin ini terlalu abstrak, untuk lebih jelasnya, coba perhatikan sabda Rasulullah n berikut ini,

“Surga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang di benci sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang disukai.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Demikianlah, jalan menuju surga tidaklah indah seperti jalan menuju neraka. Seseorang yang tidak paham konsep cinta dan benci, tentu akan mudah tergoda memilih jalan neraka. Bagimana tidak, karena jalan itu merupakan jalan setan yang membentang luas, dengan berbagai janji keindahan dan kenikmatan. Namun, jalan itu akan menghantarkan kita menuju kesesatan. Sebab, setan menawarkan kebebasan melampiaskan hawa nafsu dan pemenuhan syahwat.

Ketika manusia menyerahkan diri untuk dikuasai setan, hawa nafsu akan menguasai gerak langkahnya. Segala yang dilarang Allah tampak demikian indah dan menyenangkan. Benar-benar setan menjadikan indah larangan-larangan Allah, menimbulkan kesenangan-kesenangan dari keindahan yang ditawarkannya,

"Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)?" (Fathir : 8).

Padahal, cinta dan benci yang berlandaskan hawa nafsu semacam itu jelas-jelas bertentangan dengan konsep cinta dan benci dalam Islam. Sebab, seharusnya kita membenci apa yang dibenci Allah dan mencintai apa yang dicintai-Nya. Oleh karena itu, Allah l memberikan peringatan keras kepada kita,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan! Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar." (An Nur : 21).

Nah, dalam Nikah edisi ini, pembaca sekalian akan disuguhi beberapa hal tentang aplikasi konsep cinta dan benci syar’i dan bagaimana pula jika rasa cinta terbentur rasa benci. Memang, kami menyadari bahwa masih banyak yang belum tercakup di dalamnya, untuk itu kami lengkapi dengan suplemen yang membahas secara umum apa dan bagaimana cinta dan benci karena Allah tersebut.

Mudahah-mudahan ini bisa melengkapi bahasan utama Nikah edisi ini.Sebagai penutup, marilah kita senantiasa berdoa agar dijadikan orang mampu mencintai dan membenci karena Allah semata, sehingga kita akan mampu merasakan manisnya iman.

Read More...

 Sudah Bersihkah Nafkah Kita?

Salah satu kewajiban suami/kepala keluarga adalah memberikan nafkah kepada keluarganya. Segala yang dibutuhkan keluarga, menjadi tanggung jawabnya. Makanan dan minuman sehari-hari, pakaian, biaya untuk keperluan sekolah, dan lain-lainnya. Memang, memberi nafkah keluarga merupakan kewajiban. Lebih dari itu, di sana terdapat janji pahala bagi yang menunaikannya. Tentu saja bila diniatkan karena Allah.

Hal yang wajib diperhatikan, apakah nafkah yang kita berikan tersebut sudah halal? Sebab Allah tidak menerima kecuali segala sesuatu yang baik dan halal. Sehingga, jangan sampai makanan yang kita suapkan ke mulut keluarga adalah makanan yang haram atau didapat dari hasil yang haram. Begitu pula minuman, pakaian, dan segala kebutuhan yang didapatkan dari kita. Apalagi di zaman sekarang, di saat halal dan haram tak lagi dipedulikan, sebagaimana sabda Rasulullah,

Rasulullah bersabda , “Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.” (Riwayat Bukhari).

Perlu disadari, segala sesuatu yang haram itu akan berpengaruh pada diri dan keluarga kita. Di antaranya berarti menghalangi doa mereka untuk dikabulkan oleh Allah. Di samping itu, makan makanan yang haram merupakan sebab seseorang meninggalkan kewajiban-kewajiban agamanya, karena jasmaninya telah disuapi dengan sesuatu yang jelek. Segala suapan yang jelek ini pun akan berpengaruh pada dirinya.

Rasulullah n sendiri begitu berhati-hati dan menjauhkan dirinya dari sesuatu yang dikhawatirkan berasal dari perkara yang haram. Ini bisa diketahui salah satu dari Abu Hurairah yang menukilkan dari Rasulullah,

“Aku pernah datang menemui keluargaku. Kemudian aku dapatkan sebutir kurma jatuh di atas tempat tidurku. Aku pun mengambilnya untuk kumakan. Lalu aku merasa khawatir jika kurma itu adalah kurma sedekah, maka kuletakkan lagi kurma itu.”

Yang demikian itu semestinya menjadi contoh bagi setiap muslim yang menginginkan keselamatan dan kebaikan keluarganya. Maka dari itu, marilah kita mulai berhati-hati dan berusaha untuk membersihkan setiap nafkah yang kita berikan kepada keluarga, agar keberkahan tidak hilang darinya. Mudah-mudahan pembahasan Nikah edisi ini bisa menambah wawasan para pembaca, terutama tentang bagaimana mencari nafkah yang halal dan konsekuensi apabila kita melanggarnya. Read More...

 Sebab-sebab Terhapusnya Berkah

Sebuah pertanyaan diajukan kepada Syekh Bin Bazz, Saya membaca bahwa di antara dampak dari perbuatan dosa adalah siksaan dari Allah dan terhapusnya berkah, maka saya menangis karena takut kepada Allah, beri­lah petunjuk kepada saya, semoga Allah membalaskan kebaikan kepada Kalian?
Syekh Bin Bazz menjawab,
Tidak disangsikan lagi bahwa melakukan dosa termasuk penyebab kemurkaan Allah dan di antara penyebab terha­pusnya berkah, tertahan turun hujan, penguasaan musuh, seba­gaimana firman Allah,

"Dan sesungguhnya kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran." (al-A'raf: 130).

Dan Firman Allah,
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara ­keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri " (­Ankabut :40).

Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak. Dan tersebut dalam hadits shahih dari Nabi n bahwa beliau bersabda,

????? ????????? ?????????? ????????? ??????????? ??????????

"Sesungguhnya seseorang ditahan rezekinya karena dosa yang dilakukannya. "(Riwayat Ibnu Majah dan Ahmad)

Setiap muslim dan muslimah wajib bersikap waspada dari ­segala dosa dan bertaubat dari dosa di masa lalu disertai berbaik sangka kepada Allah, mengharapkan ampunan-Nya, dan takut dari murka dan siksa-Nya, sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya yang Mulia tentang hamba-hamba-Nya yang shalih,­

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." (Al-Anbiya':90).
dan firman-Nya,

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (ke­pada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab­-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti." ( AI-Isra' :57).

Dan firman-Nya l,
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At- Taubah :71).

Disyariatkan bagi mukmin dan mukminah agar melakukan sebab-sebab yang dibolehkan oleh Allah. Dan dengan hal tersebut, ia menggabungkan antara takut, raja' (mengharap) dan melakukan segala sebab, serta bertawakkal kepada Allah, berpegang kepada-Nya untuk mendapatkan yang dicari dan selamat dari yang ditakuti. Dan Allah yang Maha Pemurah berfirman,

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengada­kan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (Ath-Thalaq: 2-3).

Dan yang berfirman,
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya."(At-Thalaq:4)

Dan Dialah yang berfirman,
"Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur: 31).

Wahai saudariku, Anda harus bertaubat kepada Allah terhadap semua dosa di masa lalu dan istiqamah (konsisten) dalam ketaatan kepada-Nya serta berbaik sangka dengan-Nya, waspada terhadap sebab-sebab kemurkaan-Nya, bergembiralah dengan kebaikan yang banyak dan akhir yang terpuji. Hanya Allah yang memberikan taufik.

Kesimpulan,
Sesungguhnya salah satu akibat berbuat dosa adalah terhapusnya berkah, maka bagi setiap muslim dan muslimah wajib bersikap waspada dari ­segala dosa dan bertaubat dari dosa di masa lalu disertai berbaik sangka kepada Allah, mengharapkan ampunan-Nya, dan takut dari murka dan siksa-Nya. Wallahu a'lam bishawab.
Read More...

 Bersegera Menuju Ampunan-Nya

Jatuh ke dalam kubangan maksiat dan berbuat kesalahan adalah wajar bagi manusia. Sebab begitulah, sudah merupakan tabiat bahwasanya manusia itu tempatnya lupa dan kesalahan. Tapi, tentu saja hal ini bukanlah alasan untuk terus-menerus terjatuh dalam lumpur kemaksiatan dan dosa, karena sebaik-baik orang yang berdosa adalah mereka yang berusaha untuk bertaubat dan membersihkan segala dosanya tersebut.
Maka dari itu, sudah selayaknya bagi kita untuk bersegera menuju ampunan Allah, sebagaimana firman-Nya,

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al Hadid : 21)

Apalagi di bulan Ramadhan ini, alangkah ruginya bila kita tidak tergerak untuk mengetuk pintu taubat tersebut. Sebab, dengan kehadiran Ramadhan, kesempatan untuk bertaubat dan mendapatkan ampunan sangat besar. Sungguh celaka orang yang memasuki Ramadhan, tapi ia enggan bertaubat dan beramal shalih yang akan menjadi sebab terampuni dosanya.

Abu Hurairah berkata, "Rasulullah naik ke atas mimbar seraya bersabda, ‘Amiin…amiin…amiin’. Beliau ditanya, ‘Wahai Rasulullah, engkau tidak pernah melakukan seperti ini’. Beliau menjawab, ‘Jibril berkata kepadaku, ‘Semoga kecelakaan bagi seorang hamba yang didatangi oleh bulan Ramadhan, namun tidak diberi ampunan’, maka saya pun berkata, ‘Amiin’.” (Riwayat Ibnu Khuzaimah, Ahmad, dan al Baihaqi. Di-shahih-kan oleh al Albani dalam Shahih al Adab al Mufrad (646))

Lantas, apa yang mesti kita perbuat untuk memperoleh ampunan tersebut? Seseorang yang mau diampuni dosanya, harus menutupi dosa tersebut dengan amal shalih di bulan suci ini, seperti membaca al-Quran, tarawih, bersedekah, dan amalan-amalan sunnah lainnya. Dengan melakukan berbagai amal shalih tersebut, mudahan-mudahan dosa kita terampuni.

Nabi bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena beriman dan
mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu" . (Riwayat al Bukhari dalam Shahih-nya (1802), dan Muslim dalam Shahih-nya (175))

al Hafizh Ibnu Rajab al Hanbali berkata, "Jika bulan Ramadhan telah sempurna, maka sungguh puasa, dan shalat malam telah lengkap bagi orang beriman. Sehingga terjadilah baginya pengampunan dosanya yang lampau dengan sempurnanya dua sebab tersebut, yaitu puasa dan shalat malamnya".

Untuk itu, marilah kita manfaatkan kesempatan ini untuk memperbanyak doa dan mohon ampunan kepada Allah. Semoga air mata penyesalan itu, akan menyelamatkan kita dari siksa neraka.
Read More...

 Saat Tepat Memulai Taubat

Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan juga berkah. Allah membuka lebar-lebar pintu surga, dan menutup rapat-rapat pintu neraka pada bulan ini. Maka akan sangat tepat, bila bulan ini kita jadikan start untuk memulai tobat dari berbagai dosa dan maksiat yang telah kita perbuat.
Keutamaan Taubat
Setiap manusia pasti tidak luput dari dosa dan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Karena itulah kita disyariatkan untuk selalu memohon ampunan kepada Allah, dan segera bertobat bila melakukan kesalahan. Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (Al-Baqarah: 222)
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Az-Zumar: 53)
Demikianlah, Allah membukakan pintu ampunan dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakukan kesalahan. Meskipun dosa mereka setinggi langit sekalipun. Sebagaimana sabda Rasulullah, "Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertobat, niscaya Allah l akan memberikan tobat kepada kalian." (Riwayat Ibnu Majah)
Di antara keutamaan orang-orang yang bertobat adalah Allah menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdoa kepada Allah agar Dia menyelamatkan mereka dari azab neraka dan memasukkan mereka ke dalam surga, serta menyelamatkan mereka dari keburukan.
Allah berfirman, "(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya, serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar." (Ghafir: 7--9)

Ikuti Dengan Perbaikan dan Amal Shalih
Orang yang bertaubat hendaknya mengiringi taubatnya itu dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam kehidupannya. Kesungguhannya dalam bertaubat dia tunjukkan dengan berusaha semaksimal kemampuannya untuk meninggalkan dosa dan maksiat yang selama ini dilakukannya, serta mengadakan berbagai perbaikan dan meningkatkan amal shalih dalam kehidupannya.
Perhatikanlah firman Allah, "Maka barangsiapa yang bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Maidah: 39)
"Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-An'aam: 54)
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu, dan memperbaiki (dirinya). Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nahl: 119)
Jika seseorang menyatakan diri bertobat, namun ia masih terus-menerus mengulangi perbuatan dosa/maksiatnya, maka sesungguhnya dia belum bertobat dengan sebenar-benarnya.

Mohon Ampun Setelah Shalat
Dari Ali, bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa lalu dia bangun dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (Riwayat Tirmidzi)
Berikut ini beberapa doa mohon ampunan kepada Allah yang dapat dibaca setelah shalat:

Artinya: “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Al-A’raf: 23)
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Oleh karena itu ampunilah dosa-dosaku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan berikan rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Selain itu kita juga disunnahkan untuk memperbanyak istigfar. Bukankah Rasulullah n saja, yang sudah dijamin surga dan diampuni dosanya, masih selalu beristigfar tak kurang dari 70 kali dalam sehari? Maka selayaknya kita sebagai hamba biasa, bukan nabi atau rasul, juga selalu beristigfar dalam setiap kesempatan.
Khusus pada bulan Ramadhan, kita disunnahkan pula untuk memperbanyak doa berikut ini setelah shalat:
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, masukkanlah aku ke surga dan lindungilah aku dari neraka. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah kesalahan-kesalahanku ...."
Akhirnya, di bulan yang penuh berkah ini, marilah kita sambut seruan Allah, "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa ...; dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri (segera) mengingat Allah, lalu mohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal." (Ali Imran: 133,135, dan 136)
Semoga Allah menerima tobat kita, memudahkan kita dalam melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta membukakan pintu surga-Nya bagi kita semua. Aamiin ....(*)
Read More...