Sabtu, 20 Agustus 2011

Keajaiban Hujan


Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.

Kadar Hujan

Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf : 11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum : 48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama : “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

Keajaiban Hujan
Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

#Sumber
HarunYahya.com
Read More...

Kesempurnaan Ciptaan Allah

Struktur tenggorokan adalah contoh dari sistem yang sempurna dalam tubuh manusia.

Dinding tenggorokan didukung oleh C-tulang rawan berbentuk cincin. Hal ini memungkinkan pergerakan ke arah yang berbeda.

Jika pipa saluran udara hanya terbuat dari daging, maka kelembutan yang dihasilkan akan menyebabkan penyumbatan konstan, yang akan membuat kita sulit untuk bernapas.

Jika terbuat dari sesuatu yang keras seperti tulang, maka gerakan kita sebagian besar akan terbatas.

Batang Tenggorokan Bukti Kuasa Allah

Namun struktur yang terdiri dari tulang rawan yang membentuk pipa saluran udara sangat cocok untuk semua jenis gerakan, dan selalu tetap terbuka karena fleksibilitasnya.

Ada lagi sistem yang sangat khusus tepat di pintu masuk ke batang tenggorokan. Sistem ini menyelamatkan hidup kita setiap kali kita memakan sesuatu. Bagaimana?

Kerongkongan dan batang tenggorok berdampingan di tenggorokan. Satu kemungkinan bahwa ketika memakan makanan akan terjebak dalam tenggorokan dan tercekik sendiri. Namun tidak demikian. Meskipun kita terus makan dan bernapas, makanan tidak pernah tersangkut dalam tenggorokan kita. Jadi apa yang melindungi kita ketika makan?

Ada lipatan kecil dari tulang rawan elastis yang disebut kelep lekum kanan di pintu masuk ke batang tenggorokan.

flap ini secara otomatis menutup pintu masuk ke tenggorokan saat menelan.

Selama ribuan makanan yang kita makan, dari masa bayi sampai saat ini, kita telah menelan puluhan ribu kali. Dan setiap kali flap kecil menutup jalan masuk ke tenggorokan kita di saat yang tepat. Meskipun kita tidak menyadari keberadaannya dan tidak mampu mengendalikan hal itu ,flap kecil telah menyelamatkan hidup kita dengan menutup pintu masuk ke tenggorokan Anda pada saat yang tepat.

Dengan tidak adanya sistem itu, seorang manusia akan tercekik saat pertama ia menggigit makanan. Ini adalah satu lagi bukti bahwa Allah menciptakan semua fitur yang dimiliki oleh manusia.
Read More...

Ramadhan Jalan Menuju Kemenangan


Bulan Ramadhan, bulan yang mulia, bulan yang selalu dinanti ummat islam, bulan ampunan tempat pahala berganda, bulan ampunan yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

Bulan ramadhan adalah bulan multi sarana, Bulan Ramadhan adalah sarana untuk menggapai kemenangan, bulan Ramadhan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas perjuangan, dan bulan ramadhan adalah sarana untuk mencapai kemerdekaan.

Masih banyak kiranya peran bulan Ramadhan sebagai bulan multi sarana, sarana untuk mempererat tali ukhuwah, sarana tarbiyah dan sebagai sarana yang lain-lainnya. Yang harus kita perhatikan adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan bulan suci Ramadhan ini, jangan sampai bulan Ramadhan berlalu, tapi kita tidak mendapat sesuatu apapun. Merugilah kita tentunya.

Bagaimana bulan suci Ramadhan mengantarkan umat islam pada kemenangan dan kejayaan, apa rahasia yang ada sehingga sejarah mencatat karya-karya gemilang terjadi di bulan suci Ramadhan?

Perang Badar adalah salah satu sejarah kemenangan di bulan suci Ramadhan. Tepat tanggal 17 Ramadhan meletuslah perang Badar yang dahsyat itu. Pasukan kafir Quraisy menghujani pasukan Muslimin dengan anak panah. Pasukan Muslim balas menyerang dengan gigih seraya meneriakkan kata, “Ahad… Ahad….Ahad…!” padahal Jumlah pasukan Muslimin hanya berkisar 300 orang dengan membawa 70 ekor unta. Sementara kekuatan Quraisy Makkah berkisar 1.000 orang, tiga kali lebih banyak dari kaum Muslimin. Perang yang amat dahsyat ini akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslim, pembela agama Allah. Perang yang terjadi di bulan Ramadhan ini menjadi peristiwa sangat penting dalam sejarah Islam.

Pada tanggal 21 Ramadhan tahun 8 Hijriah. Terjadi Peristiwa Pembebasan Makkah yang menjadi bukti sejarah kemerdekaan di bulan Ramadhan yang pada saat itu pasukan kaum Muslim dipimpin langsung oleh Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. Berhala- berhala yang sekian lama menodai kesucian Kab’ah dibersihkan. Musuh yang tertawan tidak dijadikan budak sebagaimana kebiasaan kaum musyrik ketika memenangkan pertempuran, melainkan dibebaskan dan dimaafkan. Pada saat itu Bilal naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan adzan. Kalimat- kalimat agung yang dulu harus dibisikkan secara sembunyi-sembunyi itu kini membelah angkasa. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar….!

Bukan hanya dijaman Nabi dan shahabatnya, Peristiwa kemenangan jihad besar sepeninggal Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- juga banyak terjadi di bulan suci Ramadhan. Misalnya, pada Ramadhan 92 H, ketika Panglima Thariq bin Ziyad bersama 7.000 pasukan menyeberangi selat Gibraltar untuk membebaskan kota Andalusia di Spanyol. Di bukit Jabal Thariq, sang panglima berseru! “Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya dua pilihan, menaklukan negeri dan menetap di sini serta mengembangkan Islam, atau kita semua binasa.” Dalam rangka melawan pasukan Spanyol yang berkekuatan 100.000. Di bulan suci Ramadhan itu kaum Muslimin atas pertolongan Allah -ta'ala-, lagi-lagi memperoleh kemenangan.

Pada Ramadhan tahun 584 hijriah juga terjadi perang Salib di Eropa. Pasukan Islam yang dipimpin oleh Shalahudin Al-Ayubi berhasil memporak-porandakan pasukan Salib Eropa yang dipimpin Raja Richard III dari Inggris yang terkenal bengis. Tapi, berkat kegagahan Shalahudin Al-Ayubi, sang Raja yang berjuluk The Lion Heart itu akhirnya takluk. Dan kaum Muslim berjaya di Eropa.

Sebagai warga indonesia, kita harus tahu bahwa Ramadhan juga menjadi kemenangan besar bagi bangsa kita tercinta. Di bulan suci ini, tepatnya tanggal 17 Ramadhan 63 tahun lalu, bersamaan dengan 17 Agustus 1945, bangsa kita memproklamirkan kemerdekaan. Sangat tepat jika dalam pembukaan UUD 1945 para pendiri bangsa ini menyatakan bahwa kemerdekaan adalah, “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa…”
Sejarah telah mencatat, pada bulan suci Ramadhan banyak kesuksesan dan kemenangan besar diraih umat Islam.

Ini membuktikan bahwa bulan Ramadhan bukan bulan bermalas-malasan dan kelesuan. Rahasia kesuksesan tersebut dikarenakan niat yang ikhlash, komitmen yang kuat dan kesungguhan yang didasari dengan keyakinan sehingga banyak ditorehkan kesuksesan. Begitu pula dalam hadits diungkap kesibukan Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- dan masyarakatnya dalam mengisi Ramadhan. bagaimana beliau mengikat kain sarungnya di sepuluh malam yang terakhir sebagai pertanda kesungguhan dalam ibadah dan mengurangi tidur. Maka semestinya contoh-contoh seperti inilah yang kita tiru dalam hari-hari Ramadhan kita yang sedang kita jalani. Semoga Allah -ta'ala- memudahkan kita menjalani Ibadah di bulan Ramadhan dengan baik dan diliputi keberkhan. Amien
Read More...