Selasa, 06 Oktober 2009

Smoking Haram-Why?

The declaration that "There is no God Worthy of being worshipped except Allah & that Muhammad is the Messenger of Allah", demands that the Muslim accepts the Decrees set by Allah and by His Messenger-Muhammad (p.b.u.h.)

Islam is a Revelation from Allah with a complete code of life. It tells what is good and what is evil: Allah says in the Holy Quran: And We have shown him (man) the two ways (good and evil). (Quran 90/10)

He allows them all that is good and lawful, and prohibits them as unlawful all that is evil (things, deeds, beliefs, persons, foods, drinks, etc.). (Quran 7/157)

So, is smoking (cigarettes, pipes, etc.) evil or not? Let us examine its effects:
* Smoking is a killer: causes lung-cancer, lung-tuberculosis and heart diseases.
Allah says: And do not kill yourselves. (
Quran 4/29)
He also says: And do not throw yourselves into destruction. (
Quran 2/195)

These verses are sufficient to make smoking Haram.
* Smoking is a wasting of wealth. Allah says: ...But spend not wastefully (your wealth) in the manner of a spendthrift, Verily, spendthrifts are brothers of the devils, and the Devil (Satan) is ever ungrateful to his Lord. (Quran 17/26-27)

* The smoker is unjust to himself as well as his family by burning away his money and his chest!
* The smoker not only causes harm to himself, he/she also inflicts harms upon others around him/her.
The Prophet (p.b.u.h.) said: "There should be neither harming nor reciprocating harm." (Saheeh Al-Jami 7517)
* The smokers cause the spread of evil; they smoke openly and thus encourage others to do the same.
* The smokers dislike fasting and praying because they become impatient. They want to go for the next "round". The smoker becomes like an edict.
* The smoker smells bad! His car, home, clothes etc. carry the bad smell too.

From the above, it is clear that smoking is evil and thus it is Haram (unlawful).
If you are under any kind of stress, then turn to Allah, read the Holy Quran, and be with non-smokers. Seek Allah's help and don’t be enslaved to something that burns you and your money.

Read More...

Yahudi Stress Ahmadinejad Diklaim Sebagai Keturunan Yahudi

Bukan hanya orang Islam saja yang terkejut dengan pernyataan Telegraph yang menyatakan bahwa Ahmadinejad merupakan keturunan Yahudi.

Ternyata, orang Yahudi pun stress dan kalang kabut mendapati berita yang cepat tersebar itu. Masalahnya, berita itu bukan cuma berita burung, tapi juga dilengkapi dengan data valid.

Beberapa situs dan reporter Yahudi mengaku keteteran dalam menjawab berbagai pertanyaan yang masuk tentang berita itu. Dalam kebingungannya, mereka spontan menolak kebenaran berita itu, karena selama ini Ahmadinejad sendiri lebih sering diposisikan sebagai salah satu musuh nomor satu di kawasan Timur Tengah, karena seringnya presiden Iran itu mengecam Israel.

Bukan hanya Yahudi yang tinggal di Israel dan Amerika, namun Yahudi yang berdiam di Iran dengan tentram dan damai pun tanpa pernah diganggu oleh Syi’ah, juga terkejut dan panik. Sebagian wartawan Iran yang berkeyakinan Yahudi menulis di jewishjournal akan bantahan itu, namun kurang dari satu hari, halaman itu sudah tidak bisa diakses lagi.

Beberapa yang langsung menulis pembelaan diam-diam dan mengeluarkan bantahan. Mereka juga mengecam para editor dan wartawan Telegraph yang menurunkan berita tersebut. (sa/jj)

Read More...

Waktu-Waktu Shalat

1. Zhuhur

Waktu zhuhur dimulai saat pertengahan hari (noon), yaitu ketika matahari melewati garis meridian (lingkaran besar langit yang menghubungkan utara dan selatan). Saat melewati garis meridian, ada tiga kemungkinan azimuth matahari (dihitung dari arah utara). Pertama, azimuth matahari = 0 derajat, yaitu ketika matahari melewati garis meridian, posisinya di belahan langit utara. Kedua, azimuth = 180 derajat, ketika posisinya di belahan langit selatan. Ketiga, azimuthnya tidak dapat ditentukan, ketika posisinya benar-benar tepat di zenith (atas kepala) atau ketinggiannya tepat 90 derajat..

Untuk kemungkinan pertama dan kedua, sebuah benda memiliki panjang bayangan jika terkena sinar matahari. Adapun untuk kemungkinan ketiga, panjang bayangan sama dengan nol. Panjang bayangan saat datangnya waktu Zhuhur ini akan berpengaruh pula pada penentuan datangnya waktu shalat Ashar.

Waktu zhuhur berakhir saat datangnya waktu shalat ashar.

2. Ashar

Berdasarkan hadits di atas, ada dua pendapat mengenai kapan datangnya waktu shalat ashar. Ini berkaitan dengan bayangan benda yang ditegakkan di atas tanah. Menurut mazhab Syafii, waktu shalat ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur). Sedangkan menurut mazhab Hanafi, waktu shalat Ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan dua kali tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur).

Panjang bayangan pada waktu Zhuhur yang merupakan panjang bayangan minimum ini perlu diperhitungkan, karena sangat mungkin panjang bayangan saat Zhuhur itu lebih panjang dari tinggi benda itu sendiri seperti di tempat yang memiliki lintang tinggi. Jika bayangan saat Ashar = Sa, bayangan saat zhuhur = Sz dan tinggi benda = h, maka secara sederhana dapat ditulis Sa = h + Sz menurut mazhab Syafii dan Sa = 2*h + Sz menurut mazhab Hanafi.

Waktu Ashar berakhir saat datangnya waktu shalat maghrib.

3. Maghrib

Waktu shalat maghrib dimulai saat matahari terbenam (sunset). Ketika matahari terbenam dimana posisinya di bawah ufuk, langit tidak langsung gelap. Hal ini disebabkan adanya atmosfer bumi yang membiaskan cahaya matahari. Karena itu, matahari harus tenggelam hingga belasan derajat di bawah ufuk supaya tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan sehingga langit menjadi gelap.

Waktu shalat maghrib berakhir saat datangnya waktu shalat Isya'.

4. Isya'

Waktu shalat Isya' dimulai saat langit gelap, atau berakhirnya mega merah (astronomical twilight) di langit barat.

Waktu Isya' berakhir saat datangnya waktu shubuh.

5. Shubuh

Waktu shubuh dimulai ketika munculnya fajar (shidiq) atau cahaya secara merata di langit timur. Meskipun saat itu matahari masih belasan derajat di bawah ufuk, namun akibat pembiasan atmosfer cahaya matahari dapat dibiaskan sehingga langit tidak lagi gelap. Beberapa catatan mengenai penentuan waktu Isya' dan Shubuh disajikan pada catatan di bawah.

Waktu shubuh berakhir saat matahari terbit..

Ada beberapa catatan mengenai waktu shalat di atas.

Pada tulisan terdahulu tentang Transformasi Sistem Koordinat, penulis sudah pernah menyinggung satu rumus penting yang berhubungan dengan waktu shalat, yaitu

Cos(Hour Angle) = [sin(altitude) - sin(lintang)*sin(deklinasi)] / [cos(lintang)*cos(deklinasi)].

Waktu shalat dapat ditentukan dengan perhitungan menggunakan rumus-rumus pergerakan matahari dengan tepat. Jika Hour Angle diketahui, maka sudut ini dapat dikonversi ke dalam waktu. Dari rumus di atas, ada beberapa parameter penting dalam menentukan waktu shalat untuk suatu tempat tertentu. Pertama, koordinat lintang (latitude) suatu tempat. Kedua, sudut deklinasi matahari yang berubah secara periodik sepanjang tahun. Deklinasi adalah salah satu koordinat dalam sistem koordinat ekuator (lihat tulisan tentang Mengenal Sistem Koordinat). Parameter lainnya yang menentukan meskipun tidak disebutkan dalam rumus di atas adalah koordinat bujur (longitude). Bujur suatu tempat berpengaruh pada penentuan waktu untuk tengah hari saat matahari melewati garis meridian setempat. Yang juga berperan penting dalam penentuan waktu untuk tengah hari adalah apa yang disebut Equation of Time. Equation of Time adalah selisih antara waktu saat matahari yang sesungguhnya melewati meridian dengan matahari fiktif yang bergerak dengan laju konstan. Terjadinya selisih ini akibat lintasan matahari mengitari bumi yang tidak berbentuk lingkaran melainkan elips. Pembahasan tentang Equation of Time lebih tuntas berikut rumus untuk memperoleh nilainya Insya Allah disajikan pada kesempatan lain.

Dalam hal ini, datangnya waktu zhuhur saat matahari melewati meridian, datangnya waktu maghrib saat matahari terbenam, serta berakhirnya waktu shubuh saat matahari terbit dapat dihitung dengan akurat. Demikian pula, datangnya waktu ashar dapat ditentukan, meskipun terjadi perbedaan pendapat, apakah panjang bayangan itu satu atau dua kali tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur). Perbedaan pendapat ini bukanlah mengenai bagaimana menentukan posisi matahari, namun perbedaan dalam menentukan definisi yang tepat mengenai kapan datangnya waktu Ashar.

Adapun untuk datangnya waktu salat Isya' maupun shubuh juga terjadi perbedaan pendapat. Penentuan kedua waktu tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan posisi matahari, namun efek dari atmosfer yang membiaskan cahaya matahari dari bawah ufuk. Ada beberapa pendapat, misalnya altitude matahari itu berkisar antara 15 hingga 20 derajat di bawah ufuk agar tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan. Diakui disini bahwa tidak ada satu pendapat mengenai sudut ini, sehingga perbedaan satu derajat saja akan berpengaruh pada perbedaan waktu shalat isya' dan shubuh beberapa menit.

Telah disebutkan di atas bahwa parameter penting dalam penentuan waktu shalat adalah lintang. Untuk daerah dengan lintang tinggi (di daerah sebelah utara 48,5 LU atau sebelah selatan 48,5 LS) dalam rentang waktu tertentu (beberapa hari hingga beberapa bulan), matahari tidak cukup tenggelam di bawah ufuk sepanjang waktu malam. Merujuk pada rumus di atas, untuk nilai Cos(Hour Angle) = 1 atau -1, posisi matahari di bawah ufuk (altitude negatif) tidak cukup tenggelam. Akibatnya, saat malam (yang didefinisikan dari saat matahari terbenam hingga terbit), langit tidak benar-benar gelap. Atmosfer bumi masih mampu membiaskan cahaya matahari sehingga langit masih nampak cukup terang sepanjang malam. Jadi jika hanya menggunakan perhitungan matematis semata, maka waktu isya' dan shubuh tidak dapat ditentukan.

Bahkan dalam kasus yang ekstrem, di daerah yang lintangnya sangat tinggi (sebelah utara 66,5 derajat LU atau sebelah selatan 66,5 derajat LS), matahari tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit selama beberapa hari hingga beberapa bulan. Jika matahari tidak pernah terbenam, akibatnya hanya waktu zhuhur dan ashar yang dapat ditentukan dengan perhitungan matematis. Sedangkan untuk kasus matahari yang tidak pernah terbit, hanya waktu shalat isya' dan shubuh saja yang dapat ditentukan dengan perhitungan yang normal.

Untuk kedua kasus ekstrem di atas, dimana langit tidak benar-benar gelap dan matahari tidak pernah terbit/terbenam, terdapat sejumlah pendapat/fatwa dari kalangan ulama. Masalah ini juga sudah pernah dibahas dalam muktamar ulama dari berbagai negara Islam beberapa dekade lalu. Insya Allah akan dibahas pada tulisan khusus.

Dari paparan singkat di atas, yang diharapkan adalah adanya landasan pemahaman yang kokoh jika suatu saat ditemui terjadinya perbedaan waktu jadwal shalat. Dalam satu kesempatan penulis pernah menjawab pertanyaan seseorang yang menanyakan mengapa jadwal waktu shalat shubuh di Jakarta yang dikeluarkan oleh tiga lembaga itu berbeda-beda untuk hari yang sama. Satu lembaga menyatakan pukul 4:36 pagi. Jadwal lain menyatakan pukul 4:38 dan satunya lagi pukul 4:42. Jika kita memahami latarbelakang bagaimana penyusunan jadwal shalat, Insya Allah perbedaan tersebut dapat dipahami.

Read More...

ALLAH KEMBALI MENGINGATKAN BANGSA DAN NEGERI INI.......

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatab mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar).”(TQS.Ar –Rum:41)
Negeri ini dalam kurun waktu yang berdekatan telah terjadi bencana yang cukup menjadi perhatian kita semua. Mulai dari gempa bumi di Jawa barat, tidak berapa lama juga terjadi banjir bandang di kabupaten Madina, Sumut, dan belum selesai kejadian tersebut terjadi lagi gempa bumi yang berkekuatan 7.6 SR di pulau Sumatera yang berpusat di Pariaman, Sumatera Barat yang telah memporak-porandakan kota Padang. Kesemua kejadian tersebut sekilas secara ilmu pengetahuan adalah hal yang mungkin terjadi akibat aktivitas daripada bumi ini.Tetapi ikhwah fillah, sebagai hamba Allah swt haruslah kita juga melihat kejadian ini dari sudut pandang agama kita yang mulia ini. .Apakah sebenarnya yang terjadi?Mengapa semua itu bisa terjadi?
Alhamdulillah, Allah Swt telah melimpahkan negeri ini dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Apapun yang dibutuhkan baik dari tanam-tanaman, air,dan barang tambang telah tersedia semuanya. Tetapi, apa yang kita lakukan selama ini atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada bangsa dan negeri ini. Apakah kita sudah bisa mempertanggungjawabkan semua nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya. Karena semuanya itu juga merupakan amanah dan titipan dari Allah bagi bangsa ini. Kesemua nikmat tersebut merupakan ujian bagi kita, apakah dengan kenikmatan tersebut bisa menjadikan kita menjadi yang lebih baik dan patuh kepada Allah swt atau malah bisa menjerumuskan kita kepada kemaksiatan. Kira-kira sudahkah kita mensyukuri apa yang telah kita miliki saat ini atau sebaliknya kita telah lupa dan durhaka kepada Sang Pemberi Nikmat tersebut.
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (TQS.Ibrahim:7)
Kita mungkin bisa melihat dan memperhatikan keadaan umat saat ini. Bagaimana krisis- krisis yang telah terjadi di tengah-tengah umat, terutama krisis akhlak dan moral bangsa kita saat ini.Kita seakan-akan telah melupakan bahwa kita sebenarnya mempunyai sebuah pegangan dan tuntunan yaitu Al Quran dan sunnah. Tetapi kita tidak menghiraukan hal tersebut. Bagaimana saat ini, kebohongan dan kedustaan seakan sudah biasa, para pemimpin yang banyak menyelewengkan jabatannya, nasehat para ulama sudah tidak dihiraukan dan ukhwah diantara kita yang semakin renggang serta yang ada hanya demi kepentingan pribadi dan golongan saja.Hukum syariat mulai kabur keberadaannya, yang mana halal dan haram sudah mulai tidak dihiraukan, pedoman hidup yang ada hanya menjadi pajangan, malah lebih asyik membaca Koran daripada Al Quran.
Kita semua harus bisa memuhasabah diri kita, apakah yang telah kita perbuat saat ini. Bagaimana ibadah kita saat ini, apakah kita sudah banyak melalaikannya. Kita melihat masjid-masjid hanya ramai ketika Ramadhan saja dan dan banyak yang sepi kembali ketika ramadhan usai.Sudahkah kita menafkahkan sebagian harta yang kita miliki karena didalam harta kita Sesungguhnya terdapat hak orang lain.Apakah selama ini kita sudah melakukan berbagai kezhaliman baik dengan Allah, orang lain bahkan diri kita sendiri. Ataukah mungkin selama ini ini kita telah menjadi orang yang sombong sehingga kita merasa apa yang kita dapat dan kita punya hanya merupakan usaha kita sendiri. Belum lagi sifat kerakusan kita yang sudah merusak alam ini dengan melakukan eksplorasi tanpa batas yang tidak menghiraukan kerusakan yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana alam ini ingin bersahabat dengan kita seperti lirik lagu Ebiet G. Ade, sementara kita menhancurkannya.
Kesombongan dan kekayaan yang selama ini kita banggakan tidak akan berarti lagi ketika Allah menghendaki seperti kejadian yang menimpa negeri ini tersebut.Jika kita bisa berpikir dan merenung sejenak, sesungguhnya kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuasaan-Nya. Kita hanya manusia yang lemah, tidak ada daya dan upaya melainkan dengan izin-Nya.Tulisan ini dibuat bukan berarti menyalahkan saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah tersebut,tetapi hanya untuk mengingatkan kita semua terlebih bagi penulis akan kekuasaan Allah, Tuhan yang patut kita sembah dan memohon pertolongan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari semua kejadian tersebut. dan kita doakan agar saudara-saudara kita dapat sabar dan tetap tawakkal menerima ujian tersebut.
Read More...